Penipu Bukan Cuma Selly Yustiawati
Polisi berhasil menangkap Selly Yustiawati, penipu ulung yang sukses mempedaya banyak korban dan menjadi buronan tiga polda dalam setahun terakhir. Tapi, apakah itu berarti kasus penipuan tuntas ditangani? Ternyata tidak. Masih banyak “Selly-Selly” lain yang lebih kakap namun belum juga tertangkap hingga kini.
Jika kita mengetikkan nama Selly Yustiawati pada mesin pencari di internet, maka niscaya tampil sangat banyak hasil yang ditampilkan. Mesin pencari Google saja, kemarin petang (30/3), sekitar pukul 17.30 mampu menampilkan 142 ribu hasil pencarian alam waktu cuma 0,07 detik.
Siapa sebenarnya Selly, bagaimana bisa dunia maya mencatat namanya sedemikian banyak? Ya, nama Selly memang sudah sangat terkenal di kalangan peselancar-peselancar dunia maya, blogger, Facebook-er, maupun tweeps (pengguna jejaring sosial Twitter-Red). Mereka ini, ramai-ramai mem-blacklist Selly dan memasukkannya ke daftar pencarian orang (DPO) versi mereka.
Perempuan yang punya nama panjang Rasellya Rahman Taher ini dikenal sebagai penipu ulung, dalam setahun terakhir. Dia punya sejumlah nama alias dan beberapa akun di jejaring Facebook. Satu dari akun Facebook yang memakai nama dan foto profil Selly.
Di antaranya ada yang cuma menyebut bahwa Selly adalah kelahiran 8 April 1985. Satu yang lainnya mengatakan, Selly lahir pada 10 Desember, tanpa tahun; kemudian tinggal di Kota Bandung, pernah sekolah di STIBA Malang, dan bekerja sebagai penyanyi. Beberapa versi mengatakan, Selly berasal dari Lampung, ada juga yang mengatakan dia dari Bogor.
Menurut penelusuran VIVAnews (grup Surabaya Post), menyebutkan Selly adalah sulung dari dua bersaudara anak pasangan Yusral Rohban-Atik, warga kontrakan di Tanah Merah, Cibubur, Jakarta Timur. Hubungan Selly dengan keluarganya tidak begitu akrab. Dia sudah tidak tinggal bersama keluarga.
Selly memiliki anak berumur empat tahun, hasil pernikahannya yang gagal dengan mantan suaminya. “Saya jadi (penipu) seperti ini sejak saya cerai dengan suami. Pekerjaaan saya tidak ada yang benar. Saya nikah tahun 2004 sampai 2006, dan 2007 resmi bercerai, karena kasus kekerasan dalam rumah tangga,” kata Selly.
Dipolisikan Sejak 2006
Aksi penipuan Selly dimulai pada tahun 2006. Ketika itu pada Kamis 3 Agustus 2006, sejumlah mahasiswi Universitas Moestopo melaporkan Selly karena penipuan ke Polda Metro Jaya. Selly menjanjikan para mahasiswi itu menjadi Sales Promotion Girl (SPG), asalkan mereka menyetor Rp 200 ribu per orang. Sebanyak 30 mahasiswi terbujuk, Selly pun melarikan Rp 6 juta.
Penipuan berlanjut pada tahun 2008. Ketika itu, dia menjadi staf HRD Hotel Gran Mahakam. Modusnya kali ini adalah menawarkan pulsa murah, selain juga mengaku sakit dan butuh uang. Korban pun berjatuhan dari karyawan Gran Mahakam. Setelah bekerja sekitar dua bulan, Selly menghilang pada awal 2009.
Aksi Selly kembali dilakukan di Kompas Gramedia tahun 2009. Ketika itu dia menjadi operator telepon redaksi Kompas. Dalam aksinya Selly mengaku sebagai wartawan Kompas. Modus penipuannya tak berubah. Menawarkan pulsa murah dan meminjam uang untuk kebutuhannya.
Atas tuduhan ini Selly mengatakan “Pada 2009 saya memang bekerja di sana (Kompas) di bagian penerimaan surat-surat. Teman-teman di Kompas ada enam orang yang saya pinjam uangnya, itu pun sudah diselesaikan.”
“Kalau saya pinjam uang teman, itu pun uangnya tidak saya pakai sendiri. Itu buat bersenang-senang dengan teman yang meminjamkan uangnya ke saya,” lanjut Selly. Namun tak sedikit uang yang dikeruk Selly. Sekitar Rp 30 juta uang karyawan dan wartawan Kompas diraup sebelum kembali menghilang.
Setelah 6 bulan dicari, karyawan Kompas berhasil menjebak Selly dan membawanya ke Polsek Tanah Abang pada awal Januari 2010. Namun Selly hanya diminta membuat surat perjanjian untuk mengembalikan uang dan tidak mengulangi perbuatannya.
Aksi Selly pun terus berlanjut hingga berhasil memperdayai ratusan korban. Polisi - Polda Metro Jaya dan Poresta Bogor - baru menetapkan Selly masuk DPO pada 4 Maret 2010. Dan baru pada 26 Maret 2011 polisi - Kepolisian Sektor Denpasar - berhasil mencokok penipu rupawan itu, di Hotel Amaris, kawasan Seminyak, Kuta, Bali. Saat itu Selly tengah menginap bersama pacarnya di hotel tersebut.
Belum Berakhir
Selly sudah ditangkap, dan kini tengah menjalani proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ratusan korbannya senang. Kasus penipuan itu kontan menjadi buah bibir, lantaran banyak korban-korban Selly yang merupakan aktivis jejaring sosial di dunia maya.
Tapi, apakah dengan tertangkapnya Selly, kasus-kasus penipuan akan berakhir? Ternyata belum. Buktinya, belum tuntas polisi mengusut Selly, publik di negeri ini kembali ramai membicarakan Melinda Dee, pegawai senior Citibank yang menggelapkan dana nasabahnya.
Sama seperti Selly, perempuan berusia sekitar 40-45 tahun itu juga memanfaatkan keelokan parasnya serta kepiawaiannya berkomunikasi dan menjalin pertemanan, untuk menjerat korban-korbannya. Melinda berhasil meyakinkan para calon nasabah Citibank untuk menyimpan uang di bank itu melalui dirinya, tapi kemudian dia bobol rekening mereka.
Yang beda, Selly cuma “menggorok” korban-korbannya senilai ratusan ribu rupiah sampai Rp 10 juta per orang, sementara Melinda lebih piawai dengan berhasil menilep sampai miliaran rupiah per orang. Untuk sementara, nilai kerugian korban-korban Melinda totalnya mencapai Rp 17 miliar.
Untungnya, polisi juga sudah berhasil membekuk si penipu cantik itu, serta mengungkap modus operandinya. “Tersangka MD sengaja melakukan kejahatan dengan mengaburkan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer penarikan dana pada rekening nasabah. Untuk memindahkan sejumlah dana milik nasabah tanpa izin ke beberapa rekening yang dikuasai oleh pelaku (MD),” ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Mabes Polri Jakarta, pekan lalu.
Polisi juga menyita mobil Hammer-3 Luxury Sport Utility B 18 DIK senilai Rp 3,4 miliar, yang diduga hasil kejahatan pembobolan uang nasabah. Setelah menjalani pemeriksaan intensif, Melinda langsung ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Perempuan penipu itu diojerat dengan pasal penggelapan, sebagaimana Undang-undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencucian Uang atau money laundring.
Penyidik Bareskrim sudah memeriksa 13 orang saksi, terdiri pimpinan dan karyawan Citibank, juga tiga orang korban yang dana rekeningnya di bank asal Amerika ini dikuras MD. Polisi juga mengembangkan kasus ini terhadap tersangka lainnya, yang diduga melakukan persekokolan untuk membobol dana nasabah Citibank, mengingat diduga kuat MD tidak sendirian dalam menjalankan aksinya.
Selesaikah tugas polisi dalam menangani tindak kejahatan kerah putih bermodus penipuan? Jawabnya, belum. Masih banyak penipu-penipu rupawan seperti Selly dan Melinda yang gentayangan mencari mangsa. Juga masih banyak aksi-aksi penipuan berkedok investasi, atau rayuan melalui SMS dan internet, yang belum terungkap oleh polisi. Jadi, waspadalah.
surabaya post online
Ayo Dukung Kontes SEO
Read more ►
Polisi berhasil menangkap Selly Yustiawati, penipu ulung yang sukses mempedaya banyak korban dan menjadi buronan tiga polda dalam setahun terakhir. Tapi, apakah itu berarti kasus penipuan tuntas ditangani? Ternyata tidak. Masih banyak “Selly-Selly” lain yang lebih kakap namun belum juga tertangkap hingga kini.
Jika kita mengetikkan nama Selly Yustiawati pada mesin pencari di internet, maka niscaya tampil sangat banyak hasil yang ditampilkan. Mesin pencari Google saja, kemarin petang (30/3), sekitar pukul 17.30 mampu menampilkan 142 ribu hasil pencarian alam waktu cuma 0,07 detik.
Siapa sebenarnya Selly, bagaimana bisa dunia maya mencatat namanya sedemikian banyak? Ya, nama Selly memang sudah sangat terkenal di kalangan peselancar-peselancar dunia maya, blogger, Facebook-er, maupun tweeps (pengguna jejaring sosial Twitter-Red). Mereka ini, ramai-ramai mem-blacklist Selly dan memasukkannya ke daftar pencarian orang (DPO) versi mereka.
Perempuan yang punya nama panjang Rasellya Rahman Taher ini dikenal sebagai penipu ulung, dalam setahun terakhir. Dia punya sejumlah nama alias dan beberapa akun di jejaring Facebook. Satu dari akun Facebook yang memakai nama dan foto profil Selly.
Di antaranya ada yang cuma menyebut bahwa Selly adalah kelahiran 8 April 1985. Satu yang lainnya mengatakan, Selly lahir pada 10 Desember, tanpa tahun; kemudian tinggal di Kota Bandung, pernah sekolah di STIBA Malang, dan bekerja sebagai penyanyi. Beberapa versi mengatakan, Selly berasal dari Lampung, ada juga yang mengatakan dia dari Bogor.
Menurut penelusuran VIVAnews (grup Surabaya Post), menyebutkan Selly adalah sulung dari dua bersaudara anak pasangan Yusral Rohban-Atik, warga kontrakan di Tanah Merah, Cibubur, Jakarta Timur. Hubungan Selly dengan keluarganya tidak begitu akrab. Dia sudah tidak tinggal bersama keluarga.
Selly memiliki anak berumur empat tahun, hasil pernikahannya yang gagal dengan mantan suaminya. “Saya jadi (penipu) seperti ini sejak saya cerai dengan suami. Pekerjaaan saya tidak ada yang benar. Saya nikah tahun 2004 sampai 2006, dan 2007 resmi bercerai, karena kasus kekerasan dalam rumah tangga,” kata Selly.
Dipolisikan Sejak 2006
Aksi penipuan Selly dimulai pada tahun 2006. Ketika itu pada Kamis 3 Agustus 2006, sejumlah mahasiswi Universitas Moestopo melaporkan Selly karena penipuan ke Polda Metro Jaya. Selly menjanjikan para mahasiswi itu menjadi Sales Promotion Girl (SPG), asalkan mereka menyetor Rp 200 ribu per orang. Sebanyak 30 mahasiswi terbujuk, Selly pun melarikan Rp 6 juta.
Penipuan berlanjut pada tahun 2008. Ketika itu, dia menjadi staf HRD Hotel Gran Mahakam. Modusnya kali ini adalah menawarkan pulsa murah, selain juga mengaku sakit dan butuh uang. Korban pun berjatuhan dari karyawan Gran Mahakam. Setelah bekerja sekitar dua bulan, Selly menghilang pada awal 2009.
Aksi Selly kembali dilakukan di Kompas Gramedia tahun 2009. Ketika itu dia menjadi operator telepon redaksi Kompas. Dalam aksinya Selly mengaku sebagai wartawan Kompas. Modus penipuannya tak berubah. Menawarkan pulsa murah dan meminjam uang untuk kebutuhannya.
Atas tuduhan ini Selly mengatakan “Pada 2009 saya memang bekerja di sana (Kompas) di bagian penerimaan surat-surat. Teman-teman di Kompas ada enam orang yang saya pinjam uangnya, itu pun sudah diselesaikan.”
“Kalau saya pinjam uang teman, itu pun uangnya tidak saya pakai sendiri. Itu buat bersenang-senang dengan teman yang meminjamkan uangnya ke saya,” lanjut Selly. Namun tak sedikit uang yang dikeruk Selly. Sekitar Rp 30 juta uang karyawan dan wartawan Kompas diraup sebelum kembali menghilang.
Setelah 6 bulan dicari, karyawan Kompas berhasil menjebak Selly dan membawanya ke Polsek Tanah Abang pada awal Januari 2010. Namun Selly hanya diminta membuat surat perjanjian untuk mengembalikan uang dan tidak mengulangi perbuatannya.
Aksi Selly pun terus berlanjut hingga berhasil memperdayai ratusan korban. Polisi - Polda Metro Jaya dan Poresta Bogor - baru menetapkan Selly masuk DPO pada 4 Maret 2010. Dan baru pada 26 Maret 2011 polisi - Kepolisian Sektor Denpasar - berhasil mencokok penipu rupawan itu, di Hotel Amaris, kawasan Seminyak, Kuta, Bali. Saat itu Selly tengah menginap bersama pacarnya di hotel tersebut.
Belum Berakhir
Selly sudah ditangkap, dan kini tengah menjalani proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ratusan korbannya senang. Kasus penipuan itu kontan menjadi buah bibir, lantaran banyak korban-korban Selly yang merupakan aktivis jejaring sosial di dunia maya.
Tapi, apakah dengan tertangkapnya Selly, kasus-kasus penipuan akan berakhir? Ternyata belum. Buktinya, belum tuntas polisi mengusut Selly, publik di negeri ini kembali ramai membicarakan Melinda Dee, pegawai senior Citibank yang menggelapkan dana nasabahnya.
Sama seperti Selly, perempuan berusia sekitar 40-45 tahun itu juga memanfaatkan keelokan parasnya serta kepiawaiannya berkomunikasi dan menjalin pertemanan, untuk menjerat korban-korbannya. Melinda berhasil meyakinkan para calon nasabah Citibank untuk menyimpan uang di bank itu melalui dirinya, tapi kemudian dia bobol rekening mereka.
Yang beda, Selly cuma “menggorok” korban-korbannya senilai ratusan ribu rupiah sampai Rp 10 juta per orang, sementara Melinda lebih piawai dengan berhasil menilep sampai miliaran rupiah per orang. Untuk sementara, nilai kerugian korban-korban Melinda totalnya mencapai Rp 17 miliar.
Untungnya, polisi juga sudah berhasil membekuk si penipu cantik itu, serta mengungkap modus operandinya. “Tersangka MD sengaja melakukan kejahatan dengan mengaburkan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer penarikan dana pada rekening nasabah. Untuk memindahkan sejumlah dana milik nasabah tanpa izin ke beberapa rekening yang dikuasai oleh pelaku (MD),” ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Mabes Polri Jakarta, pekan lalu.
Polisi juga menyita mobil Hammer-3 Luxury Sport Utility B 18 DIK senilai Rp 3,4 miliar, yang diduga hasil kejahatan pembobolan uang nasabah. Setelah menjalani pemeriksaan intensif, Melinda langsung ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Perempuan penipu itu diojerat dengan pasal penggelapan, sebagaimana Undang-undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencucian Uang atau money laundring.
Penyidik Bareskrim sudah memeriksa 13 orang saksi, terdiri pimpinan dan karyawan Citibank, juga tiga orang korban yang dana rekeningnya di bank asal Amerika ini dikuras MD. Polisi juga mengembangkan kasus ini terhadap tersangka lainnya, yang diduga melakukan persekokolan untuk membobol dana nasabah Citibank, mengingat diduga kuat MD tidak sendirian dalam menjalankan aksinya.
Selesaikah tugas polisi dalam menangani tindak kejahatan kerah putih bermodus penipuan? Jawabnya, belum. Masih banyak penipu-penipu rupawan seperti Selly dan Melinda yang gentayangan mencari mangsa. Juga masih banyak aksi-aksi penipuan berkedok investasi, atau rayuan melalui SMS dan internet, yang belum terungkap oleh polisi. Jadi, waspadalah.
surabaya post online
Ayo Dukung Kontes SEO
Jasa Pembuatan Radio Streaming Murah | Newport Beach Houses | Solusi Forum Komunitas Online Indonesia | Kecil Jadi Kawan, Besar Jadi Lawan | Harga Jual Blackberry iphone laptop murah | Komodo Island is new 7 wonders of world